Belakangan ini, setiap kali berseluncur di sosial media (read : facebook)
hampir selalu ada berita tentang “Jilboobs” yang sedang begitu hangatnya muncul
di beranda. Jika ada yang belum tahu apa itu jilboobs, silakan saja dibaca
sendiri disini yaa. Saya tidak sedang ingin membahas tentang itu.
Bukan berniat untuk menyoroti mereka yang disebut jilboobs itu, tetapi
lebih ingin menyoroti mereka yang terkadang berkomentar pedas di sosial media.
Terkadang, bahkan sering muncul komentar-komentar yang menghujat para jilboobs
itu, yang mungkin dapat menimbulkan rasa sakit hati bagi mereka yang merasa
tersindir saat membaca komentar pedas yang bermunculan.
Saya hanya ingin sekedar bercerita sesuatu tentang jilboobs yang berkaitan
dengan diri saya sendiri.
Saya sudah dikenalkan untuk mengenakan jilbab semenjak saya duduk di bangku
SD karena memang saya sekolah di SD islam dan semenjak saat itu pula, saya
terbiasa mengenakan jilbab karena memang sudah dibiasakan sejak kecil.
Tetapi ketahuilah, bahwa sebenarnya saya dulu pun pernah menganggap bahwa jilbab hanya sekedar digunakan sebagai penutup kepala, untuk menutup rambut yang merupakan salah satu aurat bagi seorang perempuan, tanpa saya tahu bahwa ternyata ada aturan pemakaian jilbab dalam islam.
Saya dulu sering, bahkan senang sekali memadukan celana jeans dengan kaos
lengan panjang lalu ditambahkan jilbab menghiasi kepala saya. Bahkan dulu saya
hanya mengenakan jilbab yang tidak sampai menutup dada, terkadang bahkan jilbab
itu justru saya masukkan ke dalam baju sehingga hanya menutup sampai leher. Itu
dulu, dulu sekali.
Tetapi dalam hidup, proses tetap akan selalu terus berjalan. Tidak
selamanya saya menjadi seperti yang dulu sekali.
Saya kemudian beralih ke sebuah jilbab segi empat, dan mulai meninggalkan
kaos yang sedikit ketat karena memang semua dirasa sudah tidak nyaman. Tetapi
saya sadar masih belum sepenuhnya bisa mengikuti ketentuan yang ada dalam
islam.
Hingga pada akhirnya sekarang ini, saya mulai lebih banyak tahu tentang
hal-hal yang dulu tidak saya ketahui. Saya mulai meninggalkan celana jeans
perlahan, meskipun sesekali masih mengenakannya. Saya mulai lebih suka
mengenakan rok. Saya mulai berusaha untuk mengenakan jilbab hingga harus
menutup dada. Saya mulai senang mengenakan gamis dan segala pakaian yang
longgar yang tidak menunjukkan lekuk tubuh.
Dan sekali lagi semua itu adalah proses. Dan saya sangat sadar sekali saya
masih belum benar-benar mengenakan busana yang syar’i dalam islam. Tapi
berusaha menuju ke arah tersebut tidak salah kan ?
Kembali ke masalah jilboobs, saya tidak ingin menyudutkan siapapun, tapi
setidaknya cobalah untuk melihat dari sisi lain yang positif, tidak melulu
melihat dari sisi negatif. Mereka memang belum benar dalam berbusana. Tetapi
setidaknya jika mereka mempunyai niatan untuk mengenakan jilbab murni karena
Allah, untuk menutup aurat mereka, sedikitlah untuk mencoba menghargainya.
Menurut saya pribadi, jika niat awalnya benar, dalam artian bukan
mengenakan jilbab hanya karena saat ini sedang nge-trend, proses normal akan
berjalan sewajarnya. Suatu saat, entah melalui jalan apapun, Allah pasti
perlahan akan membukakan hati dan pikiran mereka lebih lebar lagi untuk menuju
ke jalan Allah.
Bukankah lebih baik untuk mengingatkan secara baik-baik dibandingkan harus menghujat
melalui sosial media dengan kata-kata pedas ? dan segala bentuk keputusan untuk merubah diri menjadi seperti apapun itu, akan tetap berada pada pribadi masing-masing. marilah kita semua saling belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat :)
ini saya yang dulu, urut dari 2011, 2012, 2013
ini saya yang sekarang, lebih tepatnya baru-baru ini
Perubahan tidak datang dengan instan, semua bergantung ada pada pribadi masing-masing, dan semuanya membutuhkan proses - Fitria
karena Allah penggerak hati-hati manusia, bukan manusia
BalasHapusiya li, setuju sama kamu :)
BalasHapus