Tahun ini, 2014. Ah ini sudah kali ke 4 aku menjalani ramadhan di
perantauan. Kali ini aku sudah menjadi mahasiswa tingkat 3 yang sedang dalam
masa transisi menuju mahasiswa (T)ingkat (A)khir yaitu tingkat 4.
Tahun ini ramadhan ku disambut dengan datangnya UAS dan seperti biasa,
selalu diikuti dengan adanya gunungan project yang menanti selepas UAS. Tapi
kali ini bukan hanya sekedar hal biasa yang terjadi.
Tahun ini ramadhan ku sungguh disibukkan dengan berbagai macam hal yang
berhubungan dengan akademik.
Iya, ramadhan kali ini habis untuk menyelesaikan project, dan yang paling
menyita waktu adalah serangkaian proses menuju sebuah awal babak baru dalam
kehidupan untuk menyambut sebuah masa depan yang sudah semakin dekat.
Iya, aku sudah mulai dihadapkan pada sebuah kenyataan untuk menghadapi TA. Sebuah
awal proses untuk dapat membuka pintu gerbang menuju sebuah sebuah proses
panjang di dalamnya yang nantinya bertujuan untuk menemukan sebuah pintu
gerbang berikutnya yang terhubung ke Graha ITS – wisuda.
Tahun ini, di ramadhan kemarin, waktuku lebih banyak disita untuk menghadap
laptop, mengerjakan proposal TA, lalu kemudian sibuk janjian dengan dosen
pembimbing untuk bimbingan TPPA (Tugas Pendahuluan Proyek Akhir) bahkan juga
sibuk wira wiri di lantai 2 gedung kemahasiswaan, bolak balik ke sebuah ruangan
hanya untuk mencari seorang dosen pembimbing yang tidak pernah bersedia untuk
diajak janjian terlebih dahulu jika ingin bimbingan ._.
Ramadhan kemarin hanya sebagian kecil dari sebuah perjuangan besar yang
menanti di depan. Sekali lagi, tidak ada hal yang tidak menyisakan sebuah
memori untuk dikenang. Bahkan di ramadhan kemarin sekalipun, aku masih tetap
mempunyai memori untuk dikenang yang belum tentu akan ku dapatkan lagi suatu
saat nanti.
Sebuah memori tentang rasa sepi yang menusuk, yang hadir saat aku dipaksa
harus tetap bertahan di kos disaat semua penghuni kos lain sudah merasakan
indahnya rumah masing-masing. Betapa sepinya saat menjadi satu-satunya penghuni
kos yang masih bertahan saat itu. Hingga aku harus tahu bagaimana rasanya
ditinggal sendirian di kos karena pemiliknya pun bahkan sudah pergi mudik 2
hari lebih cepat dibanding aku. Well, semua selalu ada sensasinya tersendiri.
Terkadang, manusia memang harus dipaksa untuk mengetahui bahwa sebenarnya
mereka mampu melakukan hal-hal yang mulanya terasa diluar batas kemampuan saat
hanya ada dalam pikiran.
Sampai jumpa, di ramadhan (5) tahun depan – inshaaAllah, semoga Allah masih
memberikan nafas padaku untuk dapat berjumpa ramadhan tahun depan, ramadhan terakhir
sebagai seorang mahasiswa D4 Teknik Komputer, Amin J
diambil tanggal 17 Juli 2014 , yang diperjuangkan selama bulan ramadhan kemarin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar