Rindu. Sebuah kata sangat sederhana namun sangat sulit untuk dikendalikan.
Berperang melawan perasaan bukanlah perkara mudah. Mengalahkan keinginan
sendiri jauh lebih menyakitkan daripada mengalahkan orang lain. Mencoba berdamai
dengan perasaan sendiri ternyata tidak kalah sulitnya dibandingkan harus berdamai dengan orang
lain.
Ketika hidup sedang dilibas habis oleh perasaan rindu yang menyelimuti,
rasanya hampir tidak menenangkan menjalani hidup sendiri. Entah berapa jam dari
24 jam dalam sehari akan habis hanya untuk mengurus rasa rindu yang mengusik.
Sungguh seakan dunia sedang mencoba untuk menggoda pertahanan yang baru
saja saya dirikan sebulan yang lalu. Mulai dari sebuah pertemuan
yang diinginkan oleh orang lain yang mengharuskan saya berada dalam satu frame
yang sama dengannya yang semenjak saat itu jujur perasaan ini menjadi sedikit
lepas kontrol seakan hidup saya berubah menjadi “metal” (mellow total) -_-
bahkan terkadang playlist lagu pun
membuat memori otak saya berputar mundur pada hal-hal yang menjadi pemicu rasa
rindu itu menjadi semakin menggunung.
Iya saya rindu, bahkan SANGAT rindu. Tapi pilihan hidup saya kali ini hanya
ada 2. Mau terus berjalan maju ke depan atau berhenti sampai disini dan kembali
ke kehidupan yang lama ? Jawabannya hanya ada 1. Saya harus tetap berjalan maju
ke depan dengan segala konsekuensi nya termasuk tidak akan diizinkan untuk
menyampaikan ataupun mengobati rasa rindu ini.
Tetapi sungguh bukan perkara mudah untuk tetap dapat melangkahkan kaki
bergerak maju ke depan dan meninggalkan apa yang telah menjadi kebiasaan di
masa lalu. Godaannya sungguh luar biasa. Betapa terkadang rasanya sungguh ingin
mendengar lagi kabarnya, berkomunikasi seperti biasanya, mengungkapkan apapun
tanpa filter dan banyak hal lainnya
yang memang dipaksa harus hilang.
Tetapi apapun itu yang di rindukan, bagaimana pun caranya untuk saat ini
harus dipaksa dihentikan karena mencoba mengikuti jalan Allah memang tidak
segampang membalikkan telapak tangan dan saya harus memaksa diri saya sendiri
untuk percaya pada kekuasaan dan kebesaran Allah bahwa pilihan kami untuk
melepaskan satu sama lain adalah suatu hal yang benar.
Kini, saat rindu itu menyeruak, satu-satunya tempat untuk mengungkapkannya
hanyalah Allah. Maafkan jika saya masih mengeluh, maafkan jika saya masih
menguraikan air mata saat saya tahu bahwa rindu ini tidak boleh di sampaikan
apalagi di obati.
Anggaplah saat ini saya sedang berpuasa entah sampai berapa tahun lagi
lamanya, hingga suatu hari saya pasti akan merasakan hari raya dimana saya akan
diikat oleh suatu ikatan yang halal di hadapanMu, ya Rabb J
ciyeeeee :)
BalasHapus