-->

Kamis, 18 Agustus 2016

Long Distance Relationship

Pernah dengar istilah Long Distance Relationship ? Tentunya hampir semua orang tahu istilah yang keren dengan sebutan LDR ini.

Jika ada yang menyebutkan bahwa LDR means Single, I think it’s right ! Kenapa ? karena sang pejuang LDR ini kemana-mana sendiri, apa-apa sendirian, jika yang lainnya bersama dengan pasangan masing-masing, maka sang pejuang LDR ini hanya akan pergi seorang diri atau bersama dengan temannya yang jomblo atau sesama pejuang LDR ~

Ngenes ? Kebanyakan orang diluar sana akan melihatnya dengan tatapan menyedihkan, apalagi jika LDR itu dibatasi oleh ribuan kilometer yang sulit dijangkau.

Begitulah kehidupan seorang pejuang LDR, like me :” jika ditanya, “masih kuat LDR nya ?” atau “kamu baik-baik saja, Fit ?” dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang terlontar keluar dari mulut seorang teman dan siapapun diluar sana, please answer your question by yourself, stop asking me. 

Sesungguhnya setiap pertanyaan yang dilontarkan itu menimbulkan speechless, karena saya sendiri pun bingung harus menjawab apa. Jika ditanya kuat atau tidak, boleh jadi sebenarnya dari lubuk hati terdalam ingin sekali mengatakan TIDAK ! begitu pula saat ditanyakan baik-baik saja atau tidak, sesungguhnya ada sebagian diri yang TIDAK BAIK-BAIK SAJA.


Akan tetapi, mau sampai kapan menjadi seorang pribadi lemah ? Tidak mungkin setiap hari hanya habis untuk meratapi nasib yang berjalan tak sesuai dengan keinginan. Ketahuilah bahwa semua HANYA tak nyaman di awal dan waktu yang akan menyembuhkan segalanya menjadikan semua terkesan NORMAL.

Tak pernah ada yang mudah saat memulai, begitu pula yang terjadi 5 bulan yang lalu. Siapa yang terpikirkan bahwa kami akan terpisah jauh antara Jawa Timur dan Papua ? Tidak ada sama sekali.
Saat itu, 18 Maret 2016 Jam 20:59 masuklah sebuah chat di handphone, sebuah chat diluar eskpektasi, yang tiba-tiba mengabarkan penempatannya di Papua. Tahukah apa yang ada di pikiran pertama kali membaca chat semacam itu ? “Ah ini paling hanya iseng, niat ngerjain paling” karena pada saat itu tepat H-7 hari ulang tahun saya tiba.

Sampai pada akhirnya saya meminta foto surat penugasannya dan jreng jreng jreeengggg itu semua NYATA adanya ~~

Bukan tangisan atau bahkan kesedihan yang muncul pertama kalinya, bahkan saya pun tak tahu apa rasanya. Bagaikan flat tanpa rasa apapun, karena memang kaget dan shock terapi, hingga saya sendiri tak mengerti harus mengekspresikannya seperti apa lagi *haha*

Boleh jadi, semua itu adalah kado ulang tahun paling “wow” yang diberikan lebih awal. Tanggal 22 Maret 2016 adalah hari pertama kalinya saya melihatnya lagi setelah terakhir kali kami mempunyai waktu bersama tanggal 16 Januari 2016 dan sekaligus hari terakhir saya melihatnya sebelum akhirnya dia lenyap bersama pesawat yang membawanya terbang ke wilayah ujung timur dari Indonesia dan sampai detik tulisan ini dibuat saya belum melihatnya sama sekali :”

Semua tak pernah berjalan dengan mudah di awal. Krisis kepercayaan dengan jarak yang terbentang jauh dan zona waktu yang berbeda butuh adaptasi lebih dan lebih setiap harinya. Dibutuhkan waktu untuk mengumpulkan kekuatan hingga saya mampu bertahan tanpa kabar darinya, dan berhenti menjadi seorang “teroris” yang melakukan spam chat di handphone nya.

Jika dulu di awal, dalam hitungan jam entah berapa banyak bom chat yang terkirim hingga rasanya terlalu sensitif ketika chat itu sudah dibaca tetapi tetap tanpa balasan, atau bahkan melihatnya justru update di tempat lain tanpa membaca chatnya, seketika setelah itu terjadilah perang dunia *haha* hal-hal sepele yang sesungguhnya tak perlu diperdebatkan justru itu yang menjadi masalah hampir setiap harinya dan dalam beberapa hari sekali hobi sekali melakukan panggilan hingga boros pulsa. Ah iya lebay memang tapi itulah kenyataannya bahwa membangun kepercayaan meski dengan orang yang telah 4.5 tahun bersama-sama tetaplah tidak mudah.

Hingga pada akhirnya saya tahu apa kuncinya. CARILAH KESIBUKANMU SENDIRI. Hanya itu obatnya yang mampu menyembuhkan segala penyakit-penyakit penyebab terjadinya perang dunia. Seketika saat saya menemukan kesibukan yang menyenangkan dan membuat saya enjoy mengerjakannya, maka saat itu pula saya lupa tentang dia ~

Iya, saya telah menemukan kebahagiaan lain (dalam artian positif) hingga saya bahkan tak lagi mempermasalahkan chat seperti sebelumnya, meski sesekali tetap mangkel ketika chat hanya diread atau bahkan tidak diread sampai 24 jam lebih, tapi pada akhirnya saya mulai kebal. Semua bisa karena dipaksa untuk bisa. Bahkan hingga saat ini, saya terbiasa untuk tidak chat lebih dahulu sebelum dia membalas chat sebelumnya, karena ini melatih saya untuk tidak “ngarep-ngarep” balasannya yang entah kapan akan dibalasnya dan selama 5 bulan menjalani LDR, hanya 1 kali kami melakukan video call. Sedangkan telepon juga dapat dihitung jari, belum tentu sebulan sekali *haha* karena selain hemat pulsa dan kuota, itu lebih awet untuk tidak menimbulkan perasaan rindu.
Maka sesungguhnya jawaban dari pertanyaan yang tertulis diatas sudah jelas, bahwa saya sebenarnya tidak kuat menjalaninya tetapi saya memaksanya untuk kuat dan meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bisa dan semua akan baik-baik saja. Well then, everything will be alright if you think that it will be alright. Semua berawal dari sugesti diri sendiri :)

Maafkan untuk tulisan yang berantakan. Tulisan ini murni curhat dan kekuatan untuk menuliskannya baru muncul setelah 5 bulan berlalu. Untuk semua orang diluar sana yang sedang menjadi pejuang LDR, bersabarlah dan kuatlah :)

Jika kalian sedang berjuang dengan jarak yang lebih ekstrem, kalian HEBAT dan KUAT !

Jika kalian sedang berjuang dengan jarak yang tak seberapa, mohon berhentilah mengeluh dengan keadaan, ketahuilah bahwa ada yang tak seberuntung kalian diluar sana, seperti saya yang bahkan Idul Fitri meskipun dia pulang pun tak bisa bertemu, dan masih entah kapan waktu mempersilakan kami untuk bertemu. Bisa jadi Idul Fitri tahun depan ~

Surabaya, 18 Agustus 2016
21:45 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar