Masih sering terngiang-ngiang bagaimana keadaan yang dulu, saat aku sering sekali menerima pertanyaan yang sama berulang-ulang kali dari mereka. Pertanyaan yang selalu saja dilontarkan dengan nada bercanda, yang tak pernah sekalipun aku permasalahkan, bahkan aku tanggapi. selalu hanya ada lemparan senyum saat mendengar pertanyaan macam itu. tapi siapa yang menyangka, apa yang dipertanyakan dahulu oleh mereka, kini sudah terjawab, dan sudah menjadi kenyataan. dan masih saja aku menyimpan semua itu dibalik sesimpul senyum yang masih selalu berhasil mengecoh semua orang di sekitar, dan selalu berhasil membuat orang lain berfikir aku masih baik-baik saja, aku masih sama dengan aku yang kemarin.
aku tak pernah senang membagi urusan pribadi yang sedang aku rasakan ke orang lain. siapapun itu. tak ada yang cukup mampu aku percaya untuk menceritakan segala keluh kesahku. entah sejak kapan aku berubah menjadi seorang dengan pribadi yang tak suka bercerita. entah sejak kapan aku berubah menjadi seorang yang senang memendam apa yang aku rasakan sendirian.
menyimpan semuanya sendirian tidak selalu memberatkan pikiran. aku justru merasa lebih tenang menyimpannya dalam hati, cukup hanya aku dan Allah yang tau apa yang sedang terjadi. terkadang aku merasa dengan menceritakan apa yang sedang dialami pada orang lain justru hanya menambah beban dalam diri. siapa yang bisa menjamin bahwa konsumsi pribadi yang sudah terlanjur diceritakan tersebut tidak akan menyebar ke banyak orang yang kemudian berubah menjadi konsumsi publik ? mulut manusia siapa yang bisa dipercaya ? ~
aku benci jika harus ada yang mengungkit apa yang sudah terjadi, aku benci jika harus ada yang bertanya layaknya interogasi saat aku tak ingin membahas apa yang ditanyakan, aku benci bentuk candaan akan hal yang bagiku tidak seharusnya dijadikan sebuah gurauan dan aku sedang membenci itu semua saat ini terhadap apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu. aku benci harus menjawab pertanyaan yang tidak ingin sama sekali aku terima. membahas apa yang aku tidak ingin bicarakan. karena mengingatnya hanya akan menimbulkan gundukan amarah yang telah dicoba dikubur, mulai terbuka lagi. cukup biarkan aku menutup gundukan amarah itu lebih tinggi dan lebih tinggi lagi seiring berjalannya waktu hingga gundukan itu menjadi sangat tinggi dan aku tak akan mampu lagi membukanya kembali. saat itulah aku akan siap menjawab pertanyaan yang ada, secara perlahan.
biarkan aku dengan kebahagiaanku sendiri saat ini, membahagiakan diri sendiri dengan caraku sendiri, mengobati luka yang menganga lebar dengan caraku sendiri, menyimpan semuanya sendiri dibalik semua canda tawa yang terurai ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar