-->

Selasa, 08 Juli 2014

cerita dibalik Ramadhan

tahun 2014, ini sudah jadi tahun yang ke 4 bagiku untuk melewati bulan Ramadhan di perantauan (lagi). sudah bukan hal yang aneh jika harus menghabiskan waktu sahur dan berbuka sendirian, tanpa ada orang tua. bukan hal yang aneh pula jika harus pergi ke masjid untuk sholat taraweh juga sendirian.

meskipun ini sudah menjadi kali ke empat, tetap saja ada yang berbeda di tahun ini. entah aku baru saja menyadarinya atau bagaimana, tetapi ini kali pertama aku mengikuti sholat taraweh berjamaah di masjid, dan hampir setiap harinya mendapatkan tempat di shaf paling depan. 3x Ramadhan sebelumnya, aku selalu saja merasa cukup puas berada di barisan shaf diluar masjid, lebih tepatnya di halaman masjid karena yaaa aku pikir di bagian dalam sudah penuh.

ternyata, baru tahun ini aku sadar bahwa pikiranku keliru karena sesungguhnya selama ini shaf di dalam masjid itu masih begitu banyak tersisa, karena orang-orang lebih mendahulukan untuk mengisi shaf di halaman masjid meskipun mereka tahu bahwa di bagian dalam masih ada tempat.

dan baru kemarin, aku sadar ada perbedaan mencolok ketika aku mengikuti sholat taraweh di masjid di kampung halaman dengan di perantauan. ketika di kampung halaman, hampir tidak pernah aku mendapatkan shaf paling depan di bagian dalam masjid, karena memang sudah selalu terisi penuh terlebih dahulu oleh mereka yang datang lebih dulu, sedangkan aku selalu datang agak belakangan. tetapi di perantauan, sekalipun aku datang saat iqomah sudah berkumandang, shaf paling depan masih selalu menyisakan space kosong sedangkan shaf kedua dan ketiga sudah terisi penuh. dan tak jarang mereka saling tunjuk untuk meminta orang lain mengisi shaf paling depan itu. apakah ada yang salah ketika sholat berada di shaf paling depan hingga tak ada orang yang bersedia mengisinya terlebih dahulu ?

dan baru kemarin pula, aku sadar ketika di kampung halaman, dengan mengikuti sholat taraweh di bagian dalam masjid, akan terasa lebih tenang dan hening dibandingkan berada di serambi masjid, karena di bagian dalam masjid rata-rata diisi oleh orang yang sudah berumur, sedangkan di serambi masjid, lebih banyak diisi oleh ibu-ibu muda yang membawa anaknya yang masih kecil yang terkadang ramai sendiri bermain dengan teman sebayanya, maklum lah namanya juga masih anak-anak. tetapi di perantauan, entah kenapa justru berada di dalam masjid terasa begitu gaduh padahal hanya ada ibu-ibu yang sudah bisa dibilang 'tua' disana. tetapi entahlah, kenapa mereka justru terasa lebih ramai dibandingkan anak kecil. setiap seusai salam, mereka lebih sering berbincang, bahkan saat imam sedang memimpin doa sekalipun. bahkan tak jarang mereka bergurau lalu tertawa dengan enaknya. rasanya lebih tenang ketika mengikuti sholat di halaman masjid, karena disana justru aku hampir tidak mendengar adanya gurauan orang dewasa, bahkan anak kecil pun tidak seramai mereka yang di bagian dalam masjid.

lalu aku bisa apa, mau menegur pun aku siapa ? hanya seorang perantau, orang asing disana. yasudahlah, semoga suatu saat mereka sadar dengan sendirinya. semoga hikmah dan berkah bulan suci Ramadhan masih bisa di dapatkan semua umat Islam. amin :)

1 komentar:

  1. semoga banyak yang membaca ini dan menyadari akan kekeliruan yang mungkin pernah dilakukan.

    BalasHapus